Facebook

Baby Sister

GUDANG DEWASA, Aku adalah seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang mampu di mana papaku sibuk dengan urusan kantornya dan mamaku sibuk dengan arisan dan belanja-belanja. Sementara aku dibesarkan oleh seorang baby sitter yang bernama Meri. Aku panggil dengan Mbak Meri.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 1996 saat aku lulus SMP Swasta di Jakarta. Pada waktu itu aku dan kawan-kawanku main ke rumahku, sementara papa dan mama tidak ada di rumah. Adi, Dadang, Abe dan Aponk main ke rumahku, kami berlima sepakat untuk menonton VCD porno yang dibawa oleh Aponk, yang memang kakak iparnya mempunyai usaha penyewaan VCD di rumahnya. Aponk membawa 4 film porno dan kami serius menontonnya. Tanpa diduga Mbak Meri mengintip kami berlima yang sedang menonton, waktu itu usia Mbak Meri 28 tahun dan belum menikah, karena Mbak Meri sejak berumur 20 tahun telah menjadi baby sitterku.


Tanpa disadari aku ingin sekali melihat dan melakukan hal-hal seperti di dalam VCD porno yang kutonton bersama dengan teman-teman. Mbak Meri mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat dan tidak ketahuan oleh keempat temanku.
“Maaf yah, gue mau ke belakang dulu…”
“Ya… ya.. tapi tolong ditutup pintunya yah”, jawab keempat temanku.
“Ya, nanti kututup rapat”, jawabku.
Aku keluar kamarku dan mendapati Mbak Meri di samping pintuku dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Hmm.. hmmm, Mas Ton”, Mbak Meri menegurku seraya membetulkan posisi berdirinya.
“Ada apa Mbak ngintip-ngintip Tonny dan kawan-kawan?” tanyaku keheranan.
Hatiku berbicara bahwa ini kesempatan untuk dapat melakukan segala hal yang tadi kutonton di VCD porno.

Perlahan-lahan kukunci kamarku dari luar kamar dan aku berpura-pura marah terhadap Mbak Meri.
“Mbak, apa-apaan sih ngintip-ngintip segala.”
“Hmm.. hmmm, Mbak mau kasih minum untuk teman-teman Mas Tonny”, jawabnya.
“Nanti aku bilangin papa dan mama loh, kalo Mbak Meri ngintipin Tonny”, ancamku, sembari aku pergi turun ke bawah dan untungnya kamarku berada di lantai atas.
Mbak Meri mengikutiku ke bawah, sesampainya di bawah, “Mbak Meri , kamu ngintipin saya dan teman-teman itu maksudnya apa?” tanyaku.
“Mbak, ingin kasih minum teman-teman Mas Tonny.”
“Kok, Mbak nggak membawa minuman ke atas”, tanyaku dan memang Mbak Meri ke atas tanpa membawa minuman.
“Hmmm.. Hmmm..” ucap Mbak Meri mencari alasan yang lain.

Dengan kebingungan Mbak Meri mencari alasan yang lain dan tidak disadari olehnya, aku melihat dan membayangkan bentuk tubuh dan payudara Mbak Meri yang ranum dan seksi sekali. Dan aku memberanikan diri untuk melakukan permainan yang telah kutonton tadi.

“Sini Mbak”
“Lebih dekat lagi”
“Lebih dekat lagi dong..”
Mbak Meri mengikuti perintahku dan dirinya sudah dekat sekali denganku, terasa payudaranya yang ranum telah menyentuh dadaku yang naik turun oleh deruan nafsu. Aku duduk di meja makan sehingga Mbak Meri berada di selangkanganku.

“Mas Tonny mau apa”, tanyanya.
“Mas, mau diapain Mbak”, tanyanya, ketika aku memegang bahunya untuk didekatkan ke selangkanganku.
“Udah, jangan banyak tanya”, jawabku sembari aku melingkari kakiku ke pinggulnya yang seksi.
“Jangan Mas.. jangan Mas Tonny”, pintanya untuk menghentikanku membuka kancing baju baby sitterku.
“Jangan Mas Ton, jangan.. jangan..” tolaknya tanpa menampik tanganku yang membuka satu persatu kancing bajunya.

Sudah empat kancing kubuka dan aku melihat bukit kembar di hadapanku, putih mulus dan mancung terbungkus oleh BH yang berenda. Tanpa kuberi kesempatan lagi untuk mengelak, kupegang payudara Mbak Meri dengan kedua tanganku dan kupermainkan puting susunya yang berwarna coklat muda dan kemerah-merahan.

“Jangan.. jangaaan Mas Tonny”
“Akh.. akh… jangaaan, jangan Mas”
“Akh.. akh.. akh”
“Jangan.. Mas Tonnn”

Aku mendengar Mbak Meri mendesah-desah, aku langsung mengulum puting susunya yang belum pernah dipegang dan di kulum oleh seorang pria pun. Aku memasukkan seluruh buah dadanya yang ranum ke dalam mulutku sehingga terasa sesak dan penuh mulutku. “Okh.. okh.. Mas.. Mas Ton.. tangan ber..” tanpa mendengarkan kelanjutan dari desahan itu kumainkan puting susunya dengan gigiku, kugigit pelan-pelan. “Ohk.. ohk.. ohk..” desahan nafas Mbak Meri seperti lari 12 kilo meter. Kupegang tangan Mbak Meri untuk membuka celana dalamku dan memegang kemaluanku. Tanpa diberi aba-aba, Mbak  Meri memegang kemaluanku dan melakukan gerakan mengocok dari ujung kemaluanku sampai pangkal kemaluan.


“Okh.. okh.. Mbak.. Mbaaak”
“Terusss.. sss.. Mbak”
“Masss.. Masss.. Tonnny, saya tidak kuat lagi”
Mendengar itu lalu aku turun dari meja makan dan kubawa Mbak Meri tiduran di bawah meja makan. Mbak Meri telentang di lantai dengan payudara yang menantang, tanpa kusia-siakan lagi kuberanikan untuk meraba selangkangan Mbak Meri. Aku singkapkan pakaiannya ke atas dan kuraba-raba, aku merasakan bahwa celana dalamnya sudah basah. Tanganku mulai kumasukkan ke dalam CD-nya dan aku merasakan adanya bulu-bulu halus yang basah oleh cairan liang kewanitaannya.

“Mbak, dibuka yah celananya.” Mbak Meri hanya mengangguk dua kali. Sebelum kubuka, aku mencoba memasukkan telunjukku ke dalam liang kewanitaannya. Jari telunjukku telah masuk separuhnya dan kugerakkan telunjukku seperti aku memanggil ******ku.

“Shs.. shss.. sh”
“Cepat dibuka”, pinta Mbak Meri.
Kubuka celananya dan kulempar ke atas kursi makan, aku melihat kemaluannya yang masih orisinil dan belum terjamah serta bulu-bulu yang teratur rapi. Aku mulai teringat akan film VCD porno yang kutonton dan kudekatkan mulutku ke liang kewanitaannya. Perlahan-lahan kumainkan lidahnku di sekitar liang surganya, ada rasa asem-asem gurih di lidahku dan kuberanikan lidahku untuk memainkan bagian dalam liang kewanitaannya. Kutemukan adanya daging tumbuh seperti kutil di dalam liang kenikmatannya, kumainkan daging itu dengan lidahku.

“Masssh.. Masss..”
“Mbak mau kellluaaar…”
Aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan “keluar”, tetapi aku semakin giat memainkan daging tumbuh tersebut, tanpa kusadari ada cairan yang keluar dari liang kewanitaannya yang kurasakan di lidahku, kulihat liang kewanitaan Mbak Meri telah basah dengan campuran air liurku dan cairan liang kewanitaannya. Lalu aku merubah posisiku dengan berlutut dan kuarahkan batang kemaluanku ke lubang senggamanya, karena sejak tadi kemaluanku tegang. “Slepp.. slepp” Aku merasakan kehangatan luar biasa di kepala kemaluanku.

“Mass.. Masss pellannn donggg..” Kutekan lagi kemaluanku ke dalam liang surganya. “Sleep.. sleep” dan, “Heck.. heck”, suara Mbak Meri tertahan saat kemaluanku masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaannya. “Mass.. Masss.. pelaaan..” Nafsu birahiku telah sampai ke ubun-ubun dan aku tidak mendengar ucapan Mbak Meri. Maka kupercepat gerakanku. “Heck.. heck.. heck.. tolong.. tolllong Mass pelan-pelan” tak lama kemudian, “Mas Tonnny, Mbaaak keluaaar laaagi” Bersamaan dengan itu kurasakan desakan yang hebat dalam kepala kemaluanku yang telah disemprot oleh cairan kewanitaan Mbak Meri. Maka kutekan sekuat-kuatnya kemaluanku untuk masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaan Mbak Meri. Kudekap erat tubuh Mbak Meri sehingga agak tersengal-sengal, tak lama kemudian, “Croot.. crooot” spermaku masuk ke dalam liang kewanitaan Mbak Meri.

Cerita Panas – Setelah Mbak Meri tiga kali keluar dan aku sudah keluar, Mbak Meri lemas di sampingku. Dalam keadaan lemas aku naik ke dadanya dan aku minta untuk dibersihkan kemaluanku dengan mulutnya. Dengan sigap Mbak Meri menuruti permintaanku. Sisa spermaku disedot oleh Mbak Meri sampai habis ke dalam mulutnya. Kami melakukan kira-kira selama tiga jam, tanpa kusadari teman-temanku teriak-teriak karena kunci pintu kamarku sewaktu aku keluar tadi. “Tonnny.. tolong bukain dong, pintunya” Maka cepat-cepat kuminta Mbak Meri menuju ke kamarnya untuk berpura-pura tidur dan aku naik ke atas membukakan pintu kamarku. Bertepatan dengan aku ke atas mamaku pulang naik taksi. Dan kuminta teman-temanku untuk makan oleh-oleh mamaku lalu kusuruh pulang.

Setelah seluruh temanku pulang dan mamaku istirahat di kamar menunggu papa pulang. Aku ke kamar Mbak Meri untuk meminta maaf, atas perlakuanku yang telah merenggut keperawanannya.
“Mbak, maafin Tonny yah!”
“Nggak apa-apa Mas Tonny, Mbak juga rela kok”
“Keperawanan Mbak lebih baik diambil sama kamu dari pada sama supir tetangga”, jawab Mbak Meri. Dengan kerelaannya tersebut maka, kelakuanku makin hari makin manja terhadap baby sitterku yang merawatku semenjak usiaku sembilan tahun. Sejak kejadian itu kuminta Mbak Meri main berdiri, main di taman, main di tangga dan mandi bersama, Mbak Meri bersedia melakukannya.

Hingga suatu saat terjadi, bahwa Mbak Meri mengandung akibat perbuatanku dan aku ingat waktu itu aku kelas dua SMA. Papa dan mamaku memarahiku, karena hubunganku dengan Mbak Meri yang cantik wajahnya dan putih kulitnya. Aku dipisahkan dengan Mbak Meric, Mbak Meri dicarikan suami untuk menjadi bapak dari anakku tersebut.

Sekarang aku merindukan kebersamaanku dengan Mbak Meri, karena aku belum mendapatkan wanita yang cocok untukku. Itulah kisahku para pembaca, sekarang aku sudah bekerja di perusahaan ayahku sebagai salah satu pimpinan dan aku sedang mencari tahu ke mana Mbak Meri, baby sitterku tersayang dan bagaimana kabarnya Tonny kecilku.

Posting Komentar

0 Komentar