Sangat mendadak apa yang di perintahkan karna pada saat itu aqu tak bisa menyiapkan apa apa hanya pakaian yang menempel di tubuhku, ternyata dari tugas tersebut kami mendapat penginapan tapi yang memaksa, kami hanya di beri 1 kamar untuk berdua, aqu memohon untuk di beri satu kamar lagi dan dgn alasan agar anggaran tidak membengkak terpaksa kami tidur bersama di satu kamar.
Hari sudah malam ketika kami sampai di Bogor. Akhirnya, kami memutuskan untuk menerima kenyataan dan tidur dalam satu kamar selama beberapa malam.
Karna lelah setelah menempuh perjalanan, malam pertama kami lewati dgn aman. Aqu tidur di lantai dgn beralaskan selimut, sementara Berlin tidur di tempat tidur. Meskipun badan pegal-pegal ketika bangun, aqu tak tega untuk meminta Berlin bertukar posisi di malam berikutnya. Mungkin karna kesibukan kami mnegerjakan tugas negara sehingga kami tak sempat berfikiran macam-macam pada pertama itu.
Pada malam kedua, kami mengalami sebuah masalah pelik. Kami hanya punya satu stel pakaian yang harus kami kenakan lagi di pagi harinya. Kami tidak mungkin tidur dgn memakai pakaian kami satu-satunya itu. Dgn kata lain, kami harus tidur tanpa pakaian. Di kamar hotel hanya ada satu kimono, jadi aqu berikan kimono itu kepada Berlin, sedang aqu tidur hanya memakai celana dalam, sedang Berlin tidur dgn kimono hotel.
Karna dingin, malam itu aqu terbangun karna kebelet kencing. Ternyata di kamar mandi, Berlin juga sedang kencing. Aqu mengetuk pintu kamar mandi beberapa kali, karna aqu sudah sangat tidak tahan. Berlin akhirnya membuka pintu kamar mandi.
Ternyata dia belum memakai celana dalamnya dan hanya dipegangnya saja, sementara aqu langsung menerobos masuk dan membebaskan “burung” sakti ku dari sarangnya dan aliran air kencing dgn lancar memancar dari ujungnya.
Aqu bahkan belom sempet cebok, Bud,” kata Berlin. Dia akhirnya masuk ke dalam bilik shower dan membersihkan vaginanya di sana. Aqu terkesiap melihat Berlin yang sedang membasuh vaginanya dgn santai tak jauh dari tempat aqu berdiri. Kontan saja penisku mengeras. Berlin yang sudah selesai cebok dan hendak keluar dari bilik shower terperanjat melihat “burung sakti” ku yang sudah terbangun.
Lumayan gede juga penis lo, Bud “ Berlin bilang sambil tersenyum”
Knpa? Lo mao coba?” kataqu sambil mengacungkan penis ku ke arah Berlin.
Boleh pegang, gak?”
Jangankan pegang, diemut juga boleh …”
Berlin berjalan mendekat dan meraih penisku dan mulai mengelus-elusnya. Penisku tambah mengeras. Kemudian Berlin berjongkok dan memasukkan penisku ke mulutnya. Rasa hangat dari mulut Berlin menjalar dari penisku ke seluruh tubuh.
Aqu memejamkan mata sambil menikmati rangsangan dari mulut Berlin. Kuraih kepala Berlin dan kubelai rambutnya. Berlin terus mengocok penisku dgn mulutnya. Bunyi kecipak yang timbul karna pergesekan antara penisku dgn lidah dan bibir Berlin sungguh sangat menggairahkan. Setelah sepuluh menit mendapat pelayanan istimewa dari Berlin dgn mulutnya, penisku mulai berdenyut dan akhirnya aqu tumpahkan spermaqu di dalam mulut Berlin.
Seluruh spermaqu ditelan Berlin yang kemudian menjilati penisku untuk membersihkan sisa-sisa spermaqu. Sebelah tangan Berlin tak pernah lepas dari vaginanya. Selama melaqukan oral, Berlin terus memainkan klitorisnya dan sesekali measukkan jari-jarinya ke vaginanya.
Luar biasa! Lo hebat banget … “Gak nyangka aqu”,” “kataqu memuji Berlin”.
Udah lama aqu gak ngemut penis dan nelan peju. Suami aqu gak pernah mau aqu emut penisnya. Kita lanjutin di tempat tidur yuk … ,” kata Berlin sambil menggandeng tanganku. Sesampai di tempat tidur, kami mencopot semua pakaian yang tersisa di tubuh kami. Karna aqu baru saja ejaqulasi, aqu butuh waktu untuk menegangkan kembali penisku. Untuk itu, aqu lahap toket Berlin sambil aqu mainkan klitorisnya dgn tanganku.
Berlin mendesis dan melenguh sepanjang aqu menjalankan pelayananku. Ketika penisku sudah kembali tegang, aqu pun bersiap untuk memasukkannya ke dalam vagina Berlin. Hanya dgn sekali sentak, penisku masuk seluruhnya ke dalam vagina Berlin yang sudah basah kuyup dgn liurku dan cairan vaginanya.
Aahhhhhh …. Ayo genjot, Bud …”
Oke … Vagina lo masih lumayan sempit, Berrrr… Enak banget,” kata ku sambil mulai genjotanku. Kami pun ber-ah-uh-ria seperti yang layaknya dilaqukan oleh pasangan yang sedang bersetubuh di film-film biru.
Aaaahhhhhh …. Sssshhhhhh …. Buuuuud ……Penis lo gede banget siiiiiih …. Enaaaaaak …. Masukkin yang deleeem doooooong …” Berlin meracau karna kenikmatan.
Vagina lo juga sempit banget, Berrrr … Penis aqu kayak lo remes-remes … Nah, kayak gitu ….. Enak, liiiii… Lagi …. Lagi ….,” aqu pun ikut meracau.
Tubuh kami menyatu dan peluh kami bercampur. Setelah berpacu dalam nafsu selama kurang lebih setengah jam, kami pun merasa bahwa kami sudah mendekati puncak. Tubuh Berlin mengejang. Dia memeluk tubuhku erat-erat Otot-otot di dalam vaginanya mencengkeram penisku. Dia mencapai orgamse dan reaksinya membuat aqu juga orgasme. Aqu tumpahkan spermaqu di dalam vaginanya.
Hooooossshhhhh …. Eeeenaaaaakkk bangeeeet …. Lo emang luar biasa, Bud. “ kata Berlin sambil megap-megap mengatur nafas setelah mendapat orgasme terhebat dalam hidupnya. Kami pun tidur di atas tempat tidur masih dalam keadaan telanjang sampai pagi.
Paginya, kami mandi bersama di bilik shower. Kami sempat juga main “quickie”. Aqu minta Berlin untuk berdiri menghadap tembok dan aqu sodok vaginanya dari belakang. Berlin tak hanya diam saja.
Tangannya sibuk memainkan klitorisnya sendiri sehingga dia bisa cepat mencapai orgasme. Kalau tidak ingat bahwa hari itu kami harus menjalankan tugas, mungkin kami akan bertempur terus sampai kami berdua jatuh pingsan kelelahan.
Semenjak hari itu, semuanya berubah buat kami berdua. Pertemanan kami tidak lagi sekadar teman sejawat, tapi telah meningkat menjadi sex partners. Setiap kali ada kesempatan, kami pergunakan sebaik-baiknya untuk saling memberikan kepuasan seksual. Di kantor, kami sering melaqukannya pada saat jam makan siang. Biasanya kami melaqukannya di ruang kerja aqu atau di toilet eksekutif.
0 Komentar