Facebook

Waspada Risiko Infeksi Akibat Berhubungan Seks Saat Haid

GUDANG DEWASA, Penting untuk melakukan seks yang aman saat Anda sedang menstruasi, karena Anda masih bisa mendapatkan atau menularkan penyakit menular seksual, seperti HIV, menurut Centers for Disease Control and Prevention. Tidak semua penyakit menular seksual ditularkan dengan cara yang sama. Infeksi yang berkaitan dengan haid adalah infeksi yang ditularkan melalui darah, seperti HIV. Virus ini dapat kita temukan dalam darah, dan selama menstruasi, akan ada lebih banyak darah yang memungkinkan pasangan seks terkena virus tersebut. Hal itu mungkin saja terjadi, bahkan jika Anda telah mempraktikkan seks dengan benar.

Risiko infeksi menular seksual akibat melakukan seks saat haid

Seks saat haid dapat meningkatkan risiko penularan HIV heteroseksual. Akan ada paparan darah saat berhubungan seksual. Yang lebih mengejutkan adalah bahwa ada bukti yang memperlihatkan seks saat haid juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit menular seksual lainnya.
Lauren Streicher, MD., seorang dosen klinis asosiasi kebidanan dan ginekologi di Northwestern University Feinberg School of Medicine di Chicago, mengatakan dua alasan untuk risiko ini. “Setiap cairan tubuh membawa HIV atau penyakit lainnya, dan selama masa haid Anda, leher rahim akan terbuka sedikit, yang memungkinkan virus untuk melewatinya,” katanya. “Pesan saya kepada wanita adalah, Anda tidak akan aman jika Anda tidak menggunakan perlindungan.”
Anda juga mungkin lebih rentan terhadap beberapa infeksi lainnya pada saat haid. Vagina mempertahankan tingkat pH 3,8 hingga 4,5 sepanjang bulan, menurut American Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). Tapi, saat menstruasi, tingkat pH lebih tinggi dari darah, sehingga mikroorganisme mampu berkembang lebih pesat.

Kenapa risiko terserang penyakit kelamin lebih tinggi jika melakukan seks saat haid?

Mengapa risiko penyakit kelamin juga meningkat selama seks saat haid, bahkan untuk penyakit menular seksual(PMS) yang tidak ditularkan melalui darah? Ini adalah beberapa alasan teoritisnya:
  • Jumlah patogen bervariasi sesuai dengan siklus menstruasi. Penjelasan ini masuk akal, namun ini tidak terbukti. Pada sebuah studi, jumlah penyebaran cytomegalovirus (CMV), yang bukan herpes, telah terbukti bervariasi secara siklis. Namun, penyebaran virus maksimum berada pada fase luteal, dan itu tidak terjadi saat menstruasi..
  • Aliran darah bertindak sebagai pembawa virus dan patogen lainnya. Perubahan fisiologis selama menstruasi dapat meningkatkan kerentanan perempuan terhadap infeksi. Selain itu, darah haid juga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri.
  • Leher rahim seorang wanita lebih terbuka selama haid. Oleh karena itu, Anda mungkin lebih rentan terhadap infeksi serviks dan uterus bagian atas. Namun, ada data yang bertentangan tentang apakah peningkatan infeksi dan penyakit radang panggul (PID) berhubungan dengan seks saat haid atau beberapa saat sebelum haid. Peningkatan infeksi mungkin sering terjadi seminggu setelah menstruasi, tetapi bisa jadi bahwa infeksi yang ada akan naik ke dalam rahim dan menjadi gejala PID selama menstruasi. Hal ini dapat terjadi bahkan jika aktivitas seksual yang menyebabkan infeksi terjadi di lain waktu.
  • Wanita yang melakukan seks saat haid cenderung melakukan banyak seks dan memiliki pasangan seksual yang lebih banyak. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko penyakit kelamin pada cara yang tidak ada hubungannya dengan menstruasi. Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa perempuan yang berhubungan seks saat haid memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit menular seksual selain HIV. Namun, ada juga data yang menunjukkan bahwa wanita yang berhubungan seks saat haid biasanya memang lebih aktif secara seksual. Mereka lebih sering melakukan seks dan juga lebih banyak memiliki pasangan seksual dibandingkan dengan wanita yang memilih untuk menjauhkan diri dari seks saat haid. Jadi, wanita yang melakukan hubungan seks selama masa menstruasi mungkin berada pada risiko penyakit kelamin yang lebih tinggi pada umumnya.
  • Paparan darah menstruasi menyebabkan iritasi kulit dan peradangan. Hal ini dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Darah haid bisa menjadi iritan untuk beberapa orang. Iritasi kulit dapat meningkatkan kerentanan terhadap berbagai infeksi. Bahkan, ada data bahwa wanita mungkin lebih rentan terhadap iritasi kulit vulva selama periode mereka.

  • Darah menstruasi juga bisa mencairkan efek dari pelumas alami dan buatan. Hal ini bisa meningkatkan risiko kulit robek dan kerusakan kulit lainnya yang mempengaruhi risiko penyakit kelamin.

Posting Komentar

0 Komentar